terngiang ucapan syair indah dari seorang ayah, seorang inspirator, sebuat bait indah,
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku? Untuk apa Dia menitipkan ini padaku? Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh Nya? Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah, kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan. Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika: “aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku, Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah… “Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja” (WS Rendra)
sajauh mana kita sudah bersyukur, mendekat ketika kita sedih dan penuh masalah & lupa ketika kita tertawa bahagia, bahagia atau sedih semua adalah ujian Allah SWT untuk kita jangan pernah takut untuk bahagia atau sedih sob, dihitungan batas umur kita akan ada banyak tawa dan tangisan tapi masing-masing dari kita akan menemukan cara kita sendiri untuk bersyukur.
“Siapa yang menjaga kehormatan dirinya—dengan tidak meminta kepada manusia dan berambisi untuk beroleh apa yang ada di tangan mereka—Allah l akan menganugerahkan kepadanya iffah (kehormatan diri) Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupinya (sehingga jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki). Siapa yang menyabarkan dirinya, Allah akan menjadikannya sabar. Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.
” (HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)“Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku bagaimana mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah amal perbuatanku sesuai dengan keridhaanMu dan berikanlah kebaikan kepadaku berkelanjutan sampai kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan aku adalah orang yang berserah diri. (Al-Ahkaf: 15).
semoga kita jadi orang yang senantiasa bersyukur dalam segala kondisi kehidupan kita, Amiiin allahumma Amiiin.
wallahualam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar